Rintih Ketulusan - KEMBALINYA PARA PAHLAWAN
Bismillah...
Puisi ke enam di blog Aksara Tanpa Makna.
Puisi kali ini berjudul "Rintih Ketulusan" yang di terbitin sama PENERBIT AKSARA MAKNA.
Judul buku: KEMBALINYA PARA PAHLAWAN
Penerbit: AKSARA MAKNA
Penulis: 100 penulis terpilih
Tahun terbit: 2019
ISBN: √√
•
KEMBALINYA PARA PAHLAWAN...
Adalah buku antologi puisi dari event lomba cipta puisi nasional dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-74. Dengan tema "Pahlawan dan Kemerdekaan" yang diselenggarakan oleh PENERBIT AKSARA MAKNA.
°
Rintih Ketulusan
Oleh: AivAtko31
Merah putih belum kibarkan gagahnya.
Tangis kepiluan terdengar sayup membakar asa.
Rintih kepedihan menyatu, membaur bersama tawa Mereka yang mengada.
Teriak pesakitan menggaung, tak pula dapatkan iba.
Menulis dan bicara keraskan hati Mereka.
Umpatan dan makian terlontar tiada jeda, pedas di telinga.
Tangan kekar Mereka membungkam, menikam membabi buta.
Gembar-gemboran peluru meluncur, menembus luka.
Darah merembes, menyatu pada merahnya warna.
Putih tak lagi sebersih mulanya.
Percikan darah turut mewarna.
Peluh berkias, lelah menyapa.
Pusaran waktu seakan mengubur perjuangan, tiada sisa.
Tersenyum Kau, lirih bertutur lewat mata
Biar-lah, anak cucu tahu indahnya.
Derita, biar hanya Kau yang rasa.
.
AivAtko31❤
°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Sampai ketemu di puisi-puisi selanjutnya :)
Puisi ke enam di blog Aksara Tanpa Makna.
Puisi kali ini berjudul "Rintih Ketulusan" yang di terbitin sama PENERBIT AKSARA MAKNA.
Judul buku: KEMBALINYA PARA PAHLAWAN
Penerbit: AKSARA MAKNA
Penulis: 100 penulis terpilih
Tahun terbit: 2019
ISBN: √√
•
KEMBALINYA PARA PAHLAWAN...
Adalah buku antologi puisi dari event lomba cipta puisi nasional dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-74. Dengan tema "Pahlawan dan Kemerdekaan" yang diselenggarakan oleh PENERBIT AKSARA MAKNA.
°
Rintih Ketulusan
Oleh: AivAtko31
Merah putih belum kibarkan gagahnya.
Tangis kepiluan terdengar sayup membakar asa.
Rintih kepedihan menyatu, membaur bersama tawa Mereka yang mengada.
Teriak pesakitan menggaung, tak pula dapatkan iba.
Menulis dan bicara keraskan hati Mereka.
Umpatan dan makian terlontar tiada jeda, pedas di telinga.
Tangan kekar Mereka membungkam, menikam membabi buta.
Gembar-gemboran peluru meluncur, menembus luka.
Darah merembes, menyatu pada merahnya warna.
Putih tak lagi sebersih mulanya.
Percikan darah turut mewarna.
Peluh berkias, lelah menyapa.
Pusaran waktu seakan mengubur perjuangan, tiada sisa.
Tersenyum Kau, lirih bertutur lewat mata
Biar-lah, anak cucu tahu indahnya.
Derita, biar hanya Kau yang rasa.
.
AivAtko31❤
°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Sampai ketemu di puisi-puisi selanjutnya :)
Komentar
Posting Komentar